Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional
adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu
negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
2. Faktor-faktor
pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
a. Faktor sejarah yang
menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
b. Keinginan untuk
bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928.
c. Rasa cinta tanah air
di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban
untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak
pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e. Kesepakatan atau
konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD
1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan
bahasa Indonesia.
3. Faktor-faktor
penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
a. Masyarakat Indonesia
yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan
masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.
b. Wilayah negara yang
begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
c. Besarnya kemungkinan
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan
dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
d. Masih besarnya
ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan
menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku,
Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
e. Adanya paham
“etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
4. Contoh wujud
integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:
a. Pembangunan Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan
dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan
menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu,
misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
b. Sikap toleransi antarumat
beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita
harus saling menghormati.
c. Sikap menghargai dan
merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya
daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang
merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di
Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan
tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk
agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama
Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama
resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
5. Upaya Meningkatkan
Nasionalisme dan Integrasi Nasional
a. Meningkatkan
integrasi nasional secara vertical (pemerintah dengan masyarakat). Cara-cara
yang dapat ditempuh adalah:
ზ Menerapkan rezim terbaikk bagi Indonesia Ramlan Surbakti (1999: 32),
yaiturezim yang sebagaiman terdapat dalam UUD 1945 dan Pancasila. Dimana dalam
UUD 1945 dinyatakan 4 tujuan negara yaitu: melindungi seluruh golongan
masyarakat dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan ikut serta menciptakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, keadilan dan perdamaian abadi, dan Pancasila sebagai
sumber filsafat negara yaitu: Ketuhanann Yang Mahaesa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradap, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
ebijaksanaan Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Tujuan ini dipandang maksimal jika rezim didukung secara
struktural dengan bentuk dan susunan negara (negara republic dan kesatuan),
karena struktur pemerintahan cenderung bersifat pembagian kekuasaan daripada
pemisahan kekuasaan, dan jaminan atas hak-hak warga negara, seperti
menyampaikan pendapat, berasosiasi, beragama, dan kesejahteraan.
ზ Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
Kompromi dan kesepakatan adalah jiwa musyawarah dan sesungguhnya juga
demokrasi. Iklim dan budaya yang demikian itu, bagi Indonesia yang amat
majemuk, sangat diperlukan. Tentunya, penghormatan dan pengakuan kepada
mayoritas dibutuhkan, tetapi sebaliknya perlindungan terhadap minoritas tidak
boleh diabaikan. Yang kita tuju adalah harmoni dan hubungan simetris, dan bukan
hegemoni. Karena itu, premis yang mengatakan “The minority has its say, the
majority has its way” harus kita pahami secara arif dan kontekstual.
ზ Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam
segala aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan semua
pihak, semua wilayah. Kebijakan otonomi daerah, desentralisasi, keseimbangan
pusat daerah, hubungan simetris mayoritas-minoritas, perlindungan kaum
minoritas, permberdayaan putra daerah, dan lain-lain pengaturan yang sejenis
amat diperlukan. Disisi lain undang-undang dan perangkat regulasi lain yang
lebih tegas agar gerakan sparatisme, perlawanan terhadap ideologi negara, dan
kejahatan yang berbau SARA tidak berkembang dengan luluasa, harus dapat kita
rumuskan dengan jelas.
ზ Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang
arif dan efektif. Setiap pemimpin di negeri ini, baik formal maupun informal,
harus memilikim kepekaan dan kepedulian tinggi serta upaya sungguh-sungguh
untuk terus membina dan memantapkan integrasi nasional. Kesalahan yang lazim
terjadi, kita sering berbicara tentang kondisi objektif dari kurang kukuhnya integrasi
nasional di negeri ini, serta setelah itu “bermimpi” tentang kondisi yang kita
tuju (end state), tetapi kita kurang tertarik untuk membicarakan prose dan
kerja keras yang harus kita lakukan. Kepemimpinan yang efektif di semua ini
akhirnya merupakan faktor penentu yang bisa menciptakan iklim dan langkah
bersama untuk mengukuhkan integrasi nasional.
ზ Meningkatkan Intergrasi wilayah Ramlan Surbakti (1999:53), dengan
membentuk kewenangan nasional pusat terhadap wilayah atau daerah politik yang
lebih kecil. Indonesia membentuk konsep wilayah yang jelas dalam arti wilayah
yang meliputi darat, laut, udara, dan isinya degan ukuran tertentu. Maupun
dengan aparat pemerintah dan sarana kekuasaan untuk menjaga danmempertahankan
kedaulatan wilayah dari penetrasi luar. Nmun, kenyataannya masih banyak wilayah
Indonesia yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga
seringkali diaku oleh Negara lain.
b. Meningkatkan
integrasi nasional secara horizontal antar masyarakat Indonesia yang plural. Cara-cara
yang dapat ditempuh adalah:
ზ Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran, dan kehendak untuk
bersatu. Perjalanan panjang bangsa Indonesia untuk menyatukan dirinya, sebutlah
mulai Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan
1945, dan rangkaian upaya menumpas pemberontakan dan saparatisme, harus terus
dilahirkan dalam hati sanubari dan alam pikiran bangsa Indonesia.
ზ Membangun kelembagaan (pranata) di masyarakat yang berakarkan pada nilai
dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa tidak memandang
perbedaan suku, agama, ras, keturunan, etnis dan perbedaan-perbedaan lainnya
yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Menyuburkan integrasi nasional tidak
hanya dilakukan secara struktural tetapi juga kultural. Pranata di masyarakat
kelak harus mampu membangun mekanisme peleraian konflikk (conflict management)
guna mencegah kecenderungan langkah-langkah yang represif untuk menyelesaikan
konflik.
ზ Meningkatkan integrasi bangsa Ramlan Surbakti (1999: 52), adalah penyatuan
berbagai kelompok sosial budaya dalam satu-kesatuan wilayah dan dalam suatu
identitas nasional. Diandaikan, masyarakat itu berupa masyarakat majemuk yang
meliputi berbagi suku bangsa, ras, dan agama. Di Indoonesia integrasi bangsa
diwujudkan dengan a) penghapusan sifat kultural utama dari kelompok minoritas
dengan mengembangkan semacam kebudayaan nasional biasanya kebudayaan suku
bangsa yang dominan, atau b) dengan pembentukan kesetiaan nasional tanpa
menghapuskan kebudayaan kelompok kecil. Negara Indonesia menempuh cara b ini,
yakni menangani masalah integrasi bangsa dengan kebudayaan nasional yang
dilukiskan sebagai puncak-puncak (hal yang terbaik) dari kebudayaan daerah,
tetapi tanpa menghilangkan (bahkan mengembangkan) kebudayaan daerah.
ზ Mengembangkan perilaku integratif di Indonesia Ramlan Surbakti (1999: 55),
dengan upaya bekerja sama dalam organisasi dan berperilaku sesuai dengan
cara yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan individu,
kekhasan kelompok, dan perbedaaan pendapat bahkan persaingan sekalipun tidak
perlu dipertentangkan dengan kesediaan bekerja sama yang baik. Perilaku
integrative dapat diwujudkan dengan mental menghargai akan perbedaan, saling
tenggang rasa, gotong royong, kebersamaan, dan lain-lain.
ზ Meningkatkan integrasi nilai di antara masyarakat. Integrasi nilai Ramlan
Surbakti (1999: 54), adalah persetujuan bersama mengenai tujuan-tujuan dalam
prinsip dasar politik, dan prosedur-prosedur lainnya, dengan kata lain integrasi
nilai adalah penciptaan suatu system nilai (ideology nasional) yang dipandang
ideal, baik dan adil dengan berbagi kelompk masyarakat. Integrasi nilai
Indonesia ada dalam Pancasila dan UUD 1945 sebagai system nilai bersama.
Hambatan , Tantangan , Ancaman ,
dan Gangguan Integrasi Nasional
\ Hambatan
Integrasi Nasional
Hambatan merupakan
usaha yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan ataau menghalangi secara konsepsional keinginan atau kemajuan yang
ingin dicapai.
Ada beberapa Faktor yang
menjadi Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam (heterogen) dalm
faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,bahasa daerah,agama
yang dianut ras,dan sebagainya.
2.
Wilayah yang begitu luas,terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi
oleh lautan luas.
3.
Besarnya ancaman,tantangan,halangan dan gangguan yang menrongrong
keutuhan,kesatuan dan persatuan bangsa,baik yang berasal dari luar maupun dalam
negeri.
4.
Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di kalangan masyarakat.dampaknya akan
timbul dalam berbagai gejalah seperti SARA,gerakan separatisme dan kedaerahan,atau
demontrasi dan unjuk rasa.
5.
Adanya paham "etnosentrisme" di antara beberapa suku bangsa yang
menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan sebaliknya menganggap rendah
budaya suku bangsa yang lainnya.
6.
Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa,baik melewati kontak langsung maupun tak
langsung.Kontak langsung antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,sedangkan
kontak tak langsung antara lain melalui media cetak (majalah dan tabloid) atau
media elektronika (televisi,tape recorder,film,radio).hal itu akan berdampak
adanya westernisasi atau gaya hidup kebarat-baratan,pergaulan
bebas,penyalahgunaan narkotika dan lain sebagainya.
\ Ancaman
dan Tantangan Integrasi Nasional
Bangsa Indonesia sebetulnya dapat
belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara kita sendiri tentang
akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan
lembaga-lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil
dan militer, partai-partai politik (ideology nasionalisme yang dapat
menjembatani perbedaan etnik yang tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil)
harus tetap dilaksanakan dengan mengngat bahwa hal ini adalah sebagai
konsekuensi dari masyarakat kita yang majemuk.
Perlunya
lembaga-lembaga pemersatu melalui state building dilandasi oleh pemikiran
seorang ilmuwan Benedict Anderson, yang menganggap nasionalisme sebagai
ideologi yang membentuk suatu masyarakat imajiner (imagined communities). Dalam
masyarakat imajiner menjadi masyarakat riil juga membuktikan kebenaran teori
Geertz tentang perlunya lembaga-lembaga pemersatu, sehingga ketika pencetus
ideology nasionalisme para founding father sudah meninggal, negara bangsa masih
tetap bertahan dan tidak terjadi disintegrasi. Uraian secara singkat tentang
lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
a. Birokrasi sipil dan militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan
paling penting yang mutlak diperlukan adalah kekuatan militer (TNI), yang jika
diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas alat-alat kekerasan
(alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan
dan bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional
bahkan gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng
terakhir (mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal
ini dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis
maupun kedaerahan (primodialisme), sebagai contoh kudeta militer di Pakistan di
bawah Jenderal Musharaf, kepulauan Fiji, Rusia di bwah Presiden Vladimir Putin
menghadapi separatis Chechnya, dan Srilanka menghadapi gerilyawan etnik Tamil
serta TNI dan Polri menghadapi gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan di
Indonesia mulai dari RMS tahun 1950, sampai masalah GAM di Aceh dan Papua
Merdeka di Papua.
Dalam suasana demokratisasi, pengunaan
kekuatan militer terhadap gerakan separatis dapat menimbulkan ambivalensi
karena pada proses demokrasi, kegiatan separatisme yang dilakukan tanpa
kekerasan adalah sesuatu yang legal. Contoh nyata adalah kasus Quebec di Kanada
yang sudah dua kali melakukan referendum untuk memisahkan diri tetapi tidak
berhasil. Referendum yang berhasil terjadi di Indonesia, yakni jajak pendapat
di Timor Timur tahun 1999 yang dimenangkan oleh kelompok pro kemerdekaan. Jajak
pendapat di Timor Tiimur sebetulnya bukan yang pertama kali untuk Indonesia,
karena kita pernah menyelenggarakan Act of free choice (penentuan pendapat
rakyat – perpera) di Irian jaya tahun 1969 bersama PBB, yang berhasil mendapat
dukungan untuk bersatu dengan Indonesia. Contoh Jajak pendapat serupa terjadi
di Sabah dan Serawak tahun 1963 yang setuju bergabung dengan semenanjung Malaya
untuk membentuk negara Malaysia.
Selain birokrasi militer, proses state
building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai tugas utama menarik pajak
dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai
bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus
tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan”
atau food riots, yang dalam sejarah dapat di contohkan dengan revolusi Prancis
tahun 1789 dan revolusi Rusia tahun 1917. Indonesia juga pernah mengalami food
riots yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat
krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan
pemerintahan di Muangthai dan Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya
Malaysia di bawah PM Mahathir Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di
Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik dari segi jumlah,
kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta
sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik
Pusat maupun daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga
melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
b. Partai Politik.
Lembaga partai politik di Indonesia
merupakan perwujudan dari ideology nasionalisme yang paling berhasil. Ideologi
nasionalisme yang dibawakan oleh Partai Politik di Indonesia cukup berhasil,
partai politik yang berideologi nasionalisme dapat menjembatani perbedaan etnik
yang tajam, ini dapat dibuktikan oleh sejarah bahwa partai politik yang
berazaskan etnik boleh dikatakan kurang berhasil bahkan gagal total. sebagai
contoh pada Pemilu 1999 Partai Tionghoa Indonesia gagal dibandingkan partai
Bhineka Tunggal Ika yang keduanya berorientasi etnik Tionghoa, dimana partai
Bhineka Tunggal Ika yang majemuk berhasil memperoleh satu kursi di DPR.
Sedangkan pada Pemilu tahun 1955 yang agak berhasil hanya Partai Persatuan
Dayak di Kalimantan Barat Sedangkan Partai etnik lainnya di Jawa Barat gagal
memperoleh kursi di DPRD maupun DPR.
Dalam sejarahnya Partai Politik
merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat dibandingkan dengan
birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem Pemilu di
Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem
proposional, sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili. Maka partai
politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang
minoritas. Kita juga dapat memetik pelajaran dan pengalaman kisah sukses PAP di
Singapura menunjukkan keberhasilan kebijakan rekrutmen dari Lee Kuan Yew dalam
mengakomodir ketiga etnik yang ada di luar etnik mayoritas Tionghoa yakni etnik
Melayu, India dan Indo (Eurasian). Bagaimana dengan Pemilu 2009 nanti ?
c. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat
integrasi nasional terutama karena sifatnya yang menciptakan elite nasional
yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi,
menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar
maupun sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat
nasional. Dalam suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian
lokal tetapi yang berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk
menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan
ilmu sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah
pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga bahasa nasional
disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan
tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional
dan sosialisasi yang sama untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain
adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang bersifat nasional
dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan
kulturasi dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.
Adanya perguruan tinggi pada tahun 1920 di Jakarta dan di berbagai kota besar
maupun di setiap ibukota propinsi dan dianggap sebagai embrio terbentuknya
komunitas nasional yang bersifat multi etnik, berbicara dengan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dan berkeinginan terbentuknya negara Indonesia.
d. Kemajuan Komunikasi dan
Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti
koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia sebagai alat integrasi
nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi
penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga
koran lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi
lainnya adalah telepon, yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan
orde baru sampai sekarang, seiring dengan modernisasi telekomunikasi yang
dipelopori oleh Telkom dan Indosat. Sifat integratif dari telepon ini
dibuktikan dengan banyaknya percakapan interlokal antar kota yang mencakup
rata-rata 30 % dari biaya langganan telepon perbulan.
Perkembangan yang cepat dalam bidang
transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas geografis penduduk dapat lebih
cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi,
migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global.
Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal
membawa dampak memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.
\ Gangguan
Integrasi Nasional
Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri
adalah daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar
pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai
pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki
kakayaan alam yang berlimpah.
Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran
penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi
bangsa, selain masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan
penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya
disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan,
pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari
pengelolaan.
Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya
konflik di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap
agama yang dianut dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan
bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi
bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari para tokoh agama
mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama
secara berkesinambungan.
Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai
ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan
sering mengakibatkan konflik antar
masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana
akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak
sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah
daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul
konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan
pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah
mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik
antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi
yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.
Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar
penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia
yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya
indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber
konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku
di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata
nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan
lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
boleh di copas gak kak? mau dijadiin bahan tugas :) hehehe
BalasHapussilahkan adik :D
BalasHapusijin copas ya kaa
HapusTerimakasih. Sangat membantu sekali
BalasHapusoke samasama :D senang membantu
BalasHapusmakasii ya.. membantu banget,,
BalasHapusSama Sama Ayu :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusizin copas kk .. :D
BalasHapuskenapa tidak bisa di kopas kk ??
BalasHapuskenapa tidak bisa di kopas kk ??
BalasHapusthanks kak membantu tugas" ....:D
BalasHapusTerima Kasih, sangat membantu
BalasHapusThanks gan
BalasHapusjangan lupa mampir ke blog ane :
www.partikelid.com
adakah daftar pustakanya? mohon diberikan jika , supaya tidak terjadi plagiarisme
BalasHapuskenapa td bisa di copy?
BalasHapusknp ndk bisa di copy?
BalasHapus